Benarkah Ibu Selalu Tahu yang Terbaik untuk Anak
TABLOIDBINTANG.COM - Dalam jargon iklan, dialog film, hingga di kehidupan nyata, sering kita mendengar kalimat "ibu tahu yang terbaik".
Bisa diucapkan ibu yang bersangkutan kepada anaknya atau pihak lain dengan maksud menegaskan posisi ibu sebagai pihak yang wajib didengarkan pendapat juga nasihatnya oleh anak.
Hingga membudayanya, psikolog Darjanti Kalpita R memiliki analisisnya.
"Sepertinya, penekanan "ibu" di sini karena masih banyak orang beranggapan bahwa yang banyak menjalankan peran pengasuhan anak adalah ibu. Sementara ayah lebih dominan berperan sebagai pencari nafkah," ujar Darjanti.
"Selain itu, banyak ibu yang merasa lebih tahu tentang anaknya daripada ayah karena ibulah yang mengandung, melahirkan, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya," imbuh pendiri biro psikologi Performa, Bogor, itu.
Benarkah ibu selalu tahu yang terbaik?
Sebenarnya tidak selalu demikian. Banyak faktor yang memengaruhi seberapa besar ibu tahu kebutuhan anak-anaknya. Darjanti menyebut salah satu faktor yang penting, kualitas komunikasi antara ibu dan anak-anaknya.
"Lagi pula, peran pengasuhan anak yang hanya dilakukan oleh ibu adalah paradigma lama. Pola pengasuhan anak yang sesuai untuk situasi dan kondisi saat ini adalah ayah dan ibu menjadi satu tim yang tidak terpisahkan dalam mengasuh anak-anaknya," papar Darjanti.
Bukan berarti ayah harus setiap hari juga berada di rumah untuk mengurus anak, sehingga mengabaikan tugas mencari nafkah. Setiap keluarga tidak bisa menerapkan sama persis bagaimana dan seberapa besar peran ayah dalam pengasuhan anak.
Karena masing-masing keluarga memiliki situasi dan kondisi yang berbeda. Misalnya, bila ibu juga bekerja. Jadi pada dasarnya, baik ayah maupun ibu harus mengenali betul siapa anak-anaknya dan apa kebutuhan masing-masing anaknya.
"Walaupun dilahirkan lewat rahim yang sama, anak adalah manusia yang memiliki perbedaan secara individu bahkan anak kembar sekalipun," sambungnya.
Memang ada hal-hal yang mana ibu tahu persis situasi dan kondisi yang sedang dialami anaknya. Karena seorang ibu juga pernah menjadi anak. Tapi tanpa disadari, justru ini yang sering dijadikan “senjata†oleh para ibu agar anaknya menurut.
Banyak ibu yang takut kehilangan wibawa atau kehilangan figur sebagai orang yang dihormati, bila gagal membuat anak menuruti kemauannya.
"Kesalahan yang biasanya dilakukan ibu adalah memiliki anggapan, situasi dan kondisi yang dialami anaknya sama persis yang dialaminya ketika seusia anaknya. Padahal bisa saja situasinya tidak persis sama, karena zamannya sudah berbeda. Lalu terburu-buru menyimpulkan tanpa bertanya atau mendengarkan penjelasan anak, dan gengsi untuk meminta maaf kepada anak sekalipun sadar telah salah," perinci Darjanti.
Bila hubungan ibu-anak telanjur merenggang
Langkah awal yang harus dilakukan ketika hubungan telanjur merenggang adalah mengidentifikasi akar permasalahannya.
"Dalam hal ini, orangtua perlu melakukan introspeksi diri. Kebanyakan orangtua merasa sudah melakukan yang terbaik untuk anaknya, tapi ternyata apa yang diberikan bukan yang dibutuhkan anaknya. Misalnya anak yang berperilaku 'kurang ajar' terhadap orangtuanya. Mungkin saja karena orangtuanya selalu mencukupi kebutuhan anak dalam hal materi, tapi lupa mengajarkan nilai-nilai saling menghargai dan menghormati kepada anak," urai Darjanti yang juga menangani kasus-kasus psikologi anak sekolah.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua, khususnya ibu, agar lebih mengetahui kebutuhan anak. Darjanti menyebutkan langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Kenali diri sendiri
Bila tahu bagaimana kecenderungan Anda berperilaku di saat situasi yang tidak kondusif, Anda dapat mengantisipasi agar tidak semakin memperburuk situasi. Misalnya, bila Anda tahu bahwa reaksi marah dengan membentak anak cenderung Anda lakukan, Anda bisa lebih mengontrolnya.
- Cari informasi
Cari tahu tentang banyak hal yang berkaitan dengan anak Anda. Seperti siapa teman-temannya, apa yang biasa dilakukan mereka bersama di luar sekolah, tren anak-anak muda saat ini, dan lain-lain.
- Teruslah belajar
Jangan pernah berhenti mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif, bagaimana mendekati anak yang tertutup, bagaimana memotivasi anak yang prestasi belajarnya menurun, dan lain-lain. Bahkan bila perlu, ibu belajar bahasa gaul agar memahami apa yang sedang menjadi bahan perbincangan anak dan teman-temannya.
- Jadi pendengar yang baik
Tahan diri untuk tidak terburu-buru menasihati, tanpa mendengarkan apa yang dipikirkan dan dirasakan anak. Dengan mendengarkan, Anda bisa menjalin dialog yang manis dengan anak.
(wida / gur)